Pengembangan Model Supervisi Pendidikan


PENGEMBANGAN MODEL SUPERVISI
Yang dimaksud dengan model dalam uraian ini adalah suatu pola, contoh: acuan dari supervisi yang diterapkan. Ada berbagai model yang berkembang diantaranya;
1.       Model Supervisi yang konvensional ( Tradisional )
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feudal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan korektif, pemimpin cenderung untuk mencari – cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang – kadang bersifat memata – matai Perilaku seperti ini oleh Olivia P.F. ( 1984 : 7 ) disebut Snoopervision ( memata – matai ) .
Pekerjaan supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak berhasil ( Briggs 1948 ) Mencari – cari kesalahan dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya guru – guru merasa tidak puas, dan ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru :
-          Acuh tak acuh ( masa bodoh )
-          Menantang ( agresif )

2.       Model Supervisi yang bersifat ilmiah
Spervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
-          Dilaksanakan secara bersama dan kontinu.
-          Sistematis dan menggunakan prosedur serta tekhnik tertentu.
-          Menggunakan isntrumen pengumpulan data.
-          Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

3.       Model supervisi klinis
3.1   Model pembatasan tentang supervisi klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. ( R. Willem dalam Archeson dan Gall,1981 : 1 terjemahan SLL: Sul, 1985 )
Mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah proses pembantu guru – guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.
Dari pendapat diatas dapat dsimpulkan bahwa : supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan professional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif.

3.2   Beberapa ciri supervisi klinis
a.       Bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi atau memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru – guru memilikirasa aman.
b.      Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
c.       Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi, sehingga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa yanag spesifik harus diperbaiki.
d.      Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.

3.3   Prinsip – prinsip supervisi klinis
a.       Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasar inisiatif dari para guru terlebih dahulu.
b.      Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
c.       Ciptakan suasana bebas dimana setiap orang bebas mengemukakan apa yang dialaminya.
d.      objek kajian adalah kebutuhan professional guru.
e.      Perhatian dipusatkan pada unsure – unsure yng spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.

3.4   Langkah – langkah dalam supervisi klinis melalui tiga tahap sebagai berikut :
1.       Pertemuan awal
2.       Observasi
3.       Pertemuan akhir

4.       Model supervisi artistic
Sergiovanni Th.J menyamakan beberapa ciri khas tentang model supervisi yang artistic , antara lain:
a.       Memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara.
b.      Mmerlukan tingkat pengetahuan yang cukup.
c.       Mengutamkan sumbangan yang unik dari guru – guru dal;am rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda
d.      Menuntut untuk member perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas.
e.      Memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.
f.        Memerlukan kemampun untuk menafsir makna dari aperistiwa yang diungkapkan.
KESIMPULAN
model dalam uraian ini adalah suatu pola
Model yang berkembang diantaranya :
1.       Model Supervisi yang konvensional ( Tradisional )
2.       Model Supervisi yang bersifat ilmiah
3.       Model supervisi klinis
4.       Model supervisi artistic
Share on :

Artikel Terkait