Sekolah sebagai pusat kebudayaan - Makalah
SEKOLAH SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN
Mempelajari dan memperhatikan sekolah sebagai pusat kebudayaan diharapkan akan memperoleh manfaat ganda.
Pertama, sebagai guru/dosen dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah dimana ia bekerja dan memperoleh nafkah serta mendarmabaktikan dirinya pada kehidupan.
Kedua, sebagai guru/dosen dapat membantu peserta didik agar dapat menghayati bahwa pendidikan dan keterampilan yang mereka terima dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan sekolah pada tempat mereka bekerja nanti, dapat juga merupakan pusat kebudayaan yang bermanfaat bagi lingkungan sosialnya dan lingkungan kemanusiaan.
Makna pendidikan dan kebudayaan
Secara historis – religious dikatakan bahwa pendidikan terjadi lebih dulu dari pada kebudayaan.. hal ini dapat dijelaskan bahwa tatkala . Nabi adam diturunkan kebumi , telah dipesan oleh Tuhan yang maha kuasa Agar tidak memakan Buah Kuldi demi…. Dan seterusnya.
Dari peristiwa ini tampak telah terjadi adanya pendidikan Tuhan kepada nabi Adam, sebelum anak cucu nabi adam menghasilkan kebudayaan, dan selanjutnya menghasilkan pendidikan sebagai subkebudayaan.
Dari sisi lain kemudian disebutkan bahwa pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan . keduanya merupakan gejala dan factor pelengkap yang penting dalam kehidupan manusia. Sebab manusia selain sebagai makhluk alam , juga berfungsi sebagai makhluk kebudayaan atau makhluk berfikir ( human rationale).
Sebagaimana telah dijelaskan , bahwa kata budaya berawal dari Budi dan daya atau dayanya budi sebagai cipta , rasa , dan karsa yang menghasilkan karya, antara lain adalah pendidikan.
Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat , didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Pendidikan telah ada sepanjang peradaban manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Tiada kehidupan masyarakat tanpa adanya kegiatan pendidikan.
Meskipun pendidikan merupakan gejala umum dalam setiap kehidupan masyarakat , namun terlihat adanya perbedaan praktek kegiatan pendidikan dalam masyarakat masing – masing, yang disebabkan oleh adanya falsafah/pandangan hidupnya ( termasuk falsafah / pandangan hidup/kepercayaan individu).
Pendidikan di Indonesia pada zaman penjajahan colonial belanda juga menampakkan perbedaannya antara praktek pendidikan oleh pemerintah hindia belanda dengan praktek pendidikan Indonesia . pendidikan hindia belanda menciptakan strata- strata masyarakat agar dapat menjadi ajang politik “ adu domba dan pecah belah.” Sedangkan praktek pendidikan di Indonesia seperti Taman Siswa berdasarkan asas kebangsaan dan praktek pendidikan pondok pesantren berdasarkan agama Islam dan sebagainya.
Kini praktek pendidikan zaman Indonesia merdeka kyang berdasarkan falsafah dan asas pancasila, harus dilaksanakan dalam lingkungan keluarga , sekolah dan ,masyarakat . setiap pendidik wajib mewujudkan falsafah pancasila dalam segala kegiatan pendidikan, menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera berdasarkan pancasila.
”pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Dalam mengembangkan kebudayaan bangsab perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk memahami dan mengamalkan nilai budaya daerah yang luhur dan beradab serta menyerap nilai budaya asing yang positif untuk memperkaya budaya bangsa.
Dalam pembangunan budaya nasional perlu diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja keras , disiplin , sikap menghargai prestasi, berani bersaing, serta mampu menyesuaikan diri dan kreatif. Juga perlu terus ditumbuhkan budaya menghormati dan menghargai orang yang lebih tua , budaya belajar, ingin maju, dan budaya ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Ditinjau dari hubungan sekolah dengan masyarakat, disampingsekolah merupakan partner masayarakat, sekolah juga produsen yang melayani pesanan pendidikan dari masyarakat sekelilingnya. Sebagai produsen kebutuhan pendidikan masyarakat , sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional diantara kedunya yaitu :
Adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang diperankan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat (orang tua, pemerintah, lembaga – lembaga social , dan sebagainya).
Agar sekolah /perguruan tinggi dapat menunaikan fungsinya dengan baik , perlu adanya hubungan serasi dan terpadu dengan masyarakat khususnya publiknya, misalnya dalam hal dana, fasilitas, dan jaminan – jaminan objektif lainnya. Seperti keamanan kerja demi meningkatkan kegairahan kerja dan etos kerja.
Telah diketahui bersama bahwa keluarga , skolah , masyarakat merupakan suatu lembaga social yang telah dipolakan secara sistematis, memiliki tujuan yang jelas , kegiatan – kegiatan yang terjadwal , tenaga – tenaga pengelola yang khusus , didukung oleh fasilitas yang terprogram, sehingga tepatlah dijadikan sebagai pusat kebudayaan. Untuk mendukung fungsi tersebut , sekolah memiliki cirri – cirri khusus , antara lain:
- Dapat meningkatkan mutu
- Dapat menciptakan masyarakat belajar
- Dapat menjadikan teladan bagi masyarakat sekitarnya.
- Dapat menjadi pengembang masyarakat sekitarnya.
- Dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya.