Contoh Latar Belakang (Skripsi)
Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, merupakan model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti berbagai mata pelajaran, di antaranya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Benjamin Franklin mengatakan, “Tell me and I forget. Teach me and I remember. Involve me and I learn.” (Katakan kepadaku - instruksi satu arah – dan saya lupa. Ajari saya – instruksi dengan menerangkan – dan saya ingat. Libatkan saya – instruksi dengan melibatkan anak – dan saya belajar).
Keterlibatan aktif anak dalam proses belajar adalah jantung dari proses belajar yang efektif. Di dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan partisipasi siswa agar siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak terasa membosankan. Kegiatan belajar mengajar yang terfokus kepada guru, sehingga terjadi komunikasi satu arah, maka anak didik menjadi pasif, sehingga menimbulkan rasa jenuh dan bosan siswa dalam belajar, tujuan pembelajaran yang kita harapkan tidak tercapai. Menurut Katz dan Chard (1989), anak-anak memerlukan keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan dan kebosanan. Cara belajar yang membuat anak harus duduk diam dan mendengarkan dalam waktu yang lama, atau anak hanya menjadi objek pasif, tidak baik untuk perkembangan fisik dan akademik mereka. Anak-anak usia sekolah dasar akan lebih cepat lelah jika harus duduk diam dibandinngkan berlari, melompat atau bersepeda.
Menurut William Burton, mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar. “Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the pupil to learn”. Dengan demikian, aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif dan partisipatif, sebab siswa sebagai subjek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
Meningkatkan partisipasi aktif anak akan lebih efektif apabila melibatkan permainan. Menurut Brierly (1994), bermain dan bereksplorasi akan membantu perkembangan otak anak, yaitu meningkatkan kemampuan berbahasa, bersosialiasi, bernalar, dan perkembangan motoriknya. Bermain akan membuat mereka lebih mengerti subjek yang dipelajari melalui eksplorasi, berimajinasi, berdiskusi, bernyanyi, bereksperimen, mengubah bentuk (object manipulation), berekreasi, dan bermain peran.
Pembelajaran Agama Islam pada aspek akhlak dengan materi sikap disiplin dan tolong-menolong merupakan materi pelajaran yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial seperti sikap terhadap diri, orang lain, dan lingkungan. Agar tujuan pembelajaran pada materi sikap disiplin dan tolong-menolong dapat diterapkan oleh siswa dalam kehidupannya, maka sangat diharapkan keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Siswa perlu diikut sertakan dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mengarahkan agar aktivitas berada pada pihak anak didik. Hal ini menjadi keharusan, karena memang anak didik merupakan orientasi dari setiap proses atau langkah kegiatan belajar mengajar. Peranan guru di sini sebagai pembimbing, yang dapat mengarahkan siswa dan memberi motivasi, untuk mencapai hasil yang optimal.
Sebenarnya di tempat penelitian ini dilaksankan, yaitu Sekolah Dasar Negeri 047 Tenayan Raya, guru Pendidikan Agama Islam sudah berupaya untuk melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan beberapa cara, di antaranya:
- Menggunakan media pembelajaran.
- Menggunakan metode diskusi.
- Menggunakan metode tanya jawab, dan
- Menggunakan metode sosiodrama dan bermain peran.
- Pemberian hukuman yang mendidik bagi siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
Barangkali penggunaan media, metode, dan strategi belajar yang tidak disesuaikan kondisi siswa, kondisi belajar mengajar atau tujuan pembelajaran, sehingga partisipasi siswa tetap rendah, tujuan pembelajaran pun tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Rendahnya partisipasi siswa tersebut tampak pada gejala-gejala sebagai berikut:
- Siswa kurang memperhatikan pelajaran, ditandai dengan adanya siswa yang berbicara dengan temannya, dan siswa yang asyik menggambar.
- Beberapa siswa minta izin keluar kelas dengan tujuan yang tidak jelas.
- Siswa yang bertanya hanya 20%.
- Hanya 20% siswa yang menjawab pertanyaan yang ditujukan untuk seluruh siswa.
Penyebab rendahnya partisipasi siswa di atas tidak hanya dibebankan kepada siswa saja, tetapi guru pun harus ikut bertanggung jawab. Seorang guru harus menyadari, kadang-kadang guru menyampaikan materi pelajaran secara searah dan menganggap siswa sebagai objek, penerima, pencatat, dan pengingat. Penggunaan media dan metode oleh guru yang tidak sesuai dengan kondisi siswa, kondisi belajar mengajar atau tujuan pembelajaran.
Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu memberikan respon positif secara konkrit dan objektif yang berupaya membangkitkan partisipasi siswa, baik dalam bentuk kontributif maupun inisiatif. Bentuk kontributif dan inisiatif ini akan mampu membentuk siswa selalu aktif dan kreatif, sehingga mereka sadar bahwa ilmu itu hanya bisa diperoleh melalui usaha keras sekaligus menyadari makna dan pentingnya arti belajar.
Untuk mengatasi permasalahan di atas peneliti juga akan menggunakan metode sosiodrama dan bermain peran tetapi dengan strategi yang berbeda yang akan disesuaikan dengan kondisi siswa, kondisi belajar mengajar dan tujuan pembelajaran, sehingga siswa berpartisipasi aktif terhadap pembelajaran.
Permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada partisipasi siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi sikap disiplin dan tolong-menolong melalui metode sosiodrama pada kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 047 Tenayan Raya Pekanbaru tahun 2007.